"Anak batuk pilek? Ah gampang aja, tinggal beli obatnya di apotek, berikan kepada anak, biarkan ia tidur, dan besoknya
batuk pilek pun berkurang deh," begitu komentar ibu Dani, dengan entengnya.
Pengalaman Ibu Dian lain lagi. Ia pernah memberi anaknya obat batuk yang dijual bebas di warung terdekat. "Saya pilih obat yang iklannya sering diputar di televisi. Eh, enggak tahunya batuk anak saya semakin menjadi-jadi, setiap malam tidur kami sering terganggu karena mendengar anak uhuk..uhuk…" Tidak cuma itu, obat tersebut membuat asma yang diderita anaknya sejak bayi kumat. "Setelah konsultasi dengan dokter, ternyata saya baru tahu kalau keliru memilih obat.
Obat itu tidak cocok untuk penyandang asma atau yang ada keturunan asma," ungkapnya.
Memang, banyak orangtua beranggapan obat bebas di pasaran boleh dipakai dengan bebas pula. Padahal tidak demikian kenyataannya. Meskipun banyak obat pereda batuk dan pilek digolongkan sebagai obat bebas, tetap saja pemakaian sembarangan dapat menimbulkan bahaya. Bahkan, FDA (Food and Drugs Administration) Amerika Serikat yang sering menjadi acuan dunia, melarang orangtua memberikan obat batuk pilek yang dijual bebas kepada anak di bawah dua tahun. Ini meliputi seluruh obat-obatan berkomposisi dekongestan (pelega saluran napas), ekspektoran (pengencer dahak), antihistamin (mengurangi hidung meler dan bersin), dan antitusif (pereda batuk tanpa dahak). Apa saja risikonya? Antara lain memicu epilepsi, membuat jantung berdebar, dan mengurangi kesadaran.
Lebih dari dua tahun lalu, U.S. Center for Disease Control and Prevention melaporkan, 1500 bayi dan batita masuk ruang gawat darurat setelah mengalami efek samping obat pilek OTC (over the counter/dijual bebas). Lalu pada 2007, FDA melaporkan 54 anak kehilangan nyawa akibat dekongestan dan 69 anak karena antihistamin dari 1969 hingga 2006. Kebanyakan korban berusia di bawah dua tahun, di mana sistem saraf otonomnya belum "matang". Fungsi pernapasan dan pencernaan anak juga berbeda dengan orang dewasa, sehingga seperti sudah dibuktikan lewat penelitian, obat batuk pilek yang beredar di pasaran tidak efektif bagi bayi dan anak batita. Bahkan efeknya tidak jauh berbeda dari plasebo (www.fda.gov, Januari 2008). Ini diamini dr. Adi Tagor, DPH, Sp.A, dari Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta yang sudah lama mendapatkan salinan peringatan FDA tersebut. "Anak-anak di bawah dua tahun sebaiknya mendapatkan fisioterapi atau terapi alternatif seperti obat herbal, bukan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran."
Namun, untuk anak berusia di atas dua tahun pun, orangtua harus tetap berhati-hati memilih obat batuk pilek yang beredar di pasaran. Tidak semua komposisi obat tersebut aman buat anak terutama, kata Adi, golongan obat dekongestan seperti pseudoefedrin, etilefedrin, atau fenilefrin. "Jika diberikan dengan dosis rendah mungkin efeknya tidak terlalu berbahaya. Namun jika dosisnya di atas yang dianjurkan, maka dapat berakibat fatal. Ada beberapa kasus fatal yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, seperti dilaporkan Prof. Iwan Darmansjah, Sp.FK."
Memang, diakui Adi, beberapa obat itu ada yang berefek cespleng. "Ini juga berlaku buat obat batuk berdahak, karena lendir di tenggorokan harus dikeluarkan, bukannya malah ditahan/ditekan.
"Setelah obat diminum, hidung anak terasa kering alias tidak meler lagi. Orangtua langsung senang karena menganggap pilek anak telah sembuh. Padahal, ada bahaya yang mengancam di balik itu. Lendir bukannya hilang tetapi tertekan dan menggumpal di saluran pernapasan." Bahayanya, lendir itu dapat menjadi media pertumbuhan kuman yang kemudian masuk ke paru-paru dan menyebabkan radang paru. Sedangkan jika naik ke kuping bisa menyebabkan congekan. Jadi, semua lendir yang merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap penyakit seharusnya dikeluarkan dengan cara-cara lain yang lebih tepat, bukan ditahan atau ditekan. Beberapa obat pilek juga dapat menggumpalkan lendir di tenggorokan. Kejadian ini dapat memperparah asma anak. Oleh karenanya mintalah saran pada dokter, terutama jika usia anak kurang dari 2 tahun.
LAIN BATUK, LAIN PULA OBATNYA Adi mengingatkan, pilek atau flu merupakan penyakit yang disebabkan virus. Semua penyakit infeksi virus pada 3 hari pertama akan bergejala yang disebut ILI (influenza like illness). Ditandai dengan hidung meler, tersumbat, bersin-bersin, dan demam. Nah, penyakit pilek dan flu umumnya akan sembuh sendiri setelah lima hari, tentu jika dibarengi dengan istirahat yang cukup dan asupan nutrisi yang cukup. Jadi, tanpa diobati pun, penyakit flu atau pilek akan sembuh sendiri.
Jika batuk dan pilek tak kunjung reda, gejala ini harus diatasi sesuai penyebabnya yang lain. Batuk yang disertai demam, biasanya mengharuskan dokter memberikan obat antibiotika. "Kondisi lingkungan tanah air yang cukup buruk dari segi endemiknya kuman, juga tingginya polutan udara, membuat bibit penyakit tumbuh subur, sehingga rawan mendompleng pada batuk pilek anak. Tandanya bakteri sudah mendompleng adalah timbulnya demam tinggi selama beberapa hari."
Sedangkan batuk dan pilek yang disebabkan alergi tidak akan mempan diobati dengan obat apa pun jika pencetus alerginya tidak dihindari. Jelas, kan, mengobati batuk dan pilek tidak bisa sembarangan. Belum lagi, ada anak yang alergi terhadap golongan obat tertentu. Kesimpulannya, orangtua jangan mengambil risiko, apalagi jika usia anak masih di bawah dua tahun. Lakukan konsultasi dengan dokter jika batuk pilek disertai demam tinggi di atas 39,4° C meskipun baru satu hari, atau 37,8° C hingga hari kedua. Batuk pilek dengan gejala sering buang air kecil dan sakit telinga pun harus segera diperiksakan ke dokter terdekat.
PAKAI CARA ALTERNATIF Adi menjelaskan, tidak ada obat yang efektif mengatasi gangguan batuk pilek. Yang ada hanya meringankan gejalanya. Jadi, lebih baik lakukan dulu cara-cara yang aman:
1. Berikan banyak minum. Cairan yang banyak dapat melegakan saluran pernafasan anak. Selain membantu membersihkan lendir bagi anak yang sedang batuk. Orangtua dapat menyuguhkan air mineral atau jus, juga menghindangkan sup ayam sebagai menu makan.
2. Minta anak untuk beristirahat. Hentikan sementara aktivitas sekolah atau bermain selama batuk pilek. Ini untuk mencegah penularan batuk pilek kepada anak lain, disamping membuat daya tahan tubuh anak meningkat.
3. Pastikan udara di kamar atau rumah bersih.
4. Jika lendir di hidung sudah mengganggu pernapasan anak, gunakan tetes garam murni (NaCl) untuk menghancurkannya. Larutan ini dapat dibeli di apotek terdekat.
5. Lembapkan udara di kamar anak dengan cara menyediakan ember berisi air panas agar uapnya menyebar. Uap air dapat mengencerkan dan membantu mengeluarkan lendir.
TIPS AMAN UNTUK ANAK 2 - 6 TAHUN 1. Jika terpaksa membeli obat yang dijual bebas, pastikan obat itu aman. Bila perlu konsultasikan dengan dokter. Bisa dengan telepon, konsultasi interaktif dokter di internet, dan lain-lain.
2. Perhatikan dan lihat komposisi dan efek samping obat. Pelajari, juga indikasi dan kontraindikasi obat tersebut. Jika ragu, jangan diberikan. Lebih baik datang ke klinik dokter untuk mendapatkan obat yang tepat.
3. Ikuti petunjuk penggunaan obat dengan benar, termasuk dosis dan frekeuensi pemakaian. Gunakan hanya sendok bawaan obat tersebut, jangan gunakan alat takar sendiri seperti sendok makan di rumah. Ingat, dosis obat berlebih dapat membahayakan kesehatan anak.
4. Hentikan pemakaian jika menimbulkan efek seperti jantung berdebar, pusing, muntah, dan lain-lain.
5. Obat-obatan atau terapi tradisional lebih baik dan efektif untuk anak, terutama yang usianya di bawah 2 tahun.
CEGAH BATUK PILEK DI RUMAH Adi menjelaskan, ada beberapa tindakan terbaik untuk mencegah penularan batuk pilek. Antara lain:
1. Jaga kebersihan. Ajari anak supaya rajin mencuci tangannya dengan sabun. Dalam kondisi darurat, penggunaan gel atau tisu beralkohol juga sangat membantu. Jaga kebersihan mainan dan perlengkapan anak lainnya.
2. Hindari percikan ludah atau ingus dari orang yang bersin dan batuk. Jika tisu jauh dari jangkauan dan hidung sudah terasa gatal, gunakan tangan sebagai pelindung lalu cucilah tangan itu hingga bersih.
3. Hindari berbagi perlengkapan makan, tisu, gelas, handuk, dan lain-lain dengan si sakit. Alangkah lebih baik jika masing-masing anggota keluarga memiliki perlengkapan masing-masing.
4. Jauhkan orang yang sakit batuk pilek dari anak. Utamanya di beberapa hari pertama sakit, dimana risiko penularannya sangat tinggi.